Jurnal Internasional Hubungan Antarbudaya

Navia Sausan Majidah Jendela menuju masadepan kompetensi antar budaya dalam pendidikan tinggi :  tinjauan literatur naratif


 

Pengaruh globalisasi di era saat ini sangat berpengaruh kepada pendidikan khususnya di bidang pendidikan yang tinggi. Lalu telah mengedepankan konstruksi itu lama kelamaan akan terabaikan. Salah satu konstruksinya yaitu kompetensi antar budaya (IC). Sebagai konsekuensinya banyak penelitian yang melakukan konstribusi pada pertumbuhan bidang internasionalisasi ini. IC ialah konstruksi yang melalui perubahan terus-menerus dalam bidang selama dua dekade terakhir.

Pertumbuhan jumlah pelajar internasional sebagai akibat dari pendidikan telah memunculkan salah satu tantangan yang terkait dengan fenomena antara lain : tentang proses penyesuaian dan dampak buruk yang ditimbulkan terhadap pelajar internasional terutama pada tahun pertama. Para pendidik mengatakan bahwa siswa internasional yang menempuh pendidikan yang tinggi belum mencukupi dan menyesesuaikan diri dengan standar akademik serta sosial di negara tuan rumah mereka. Manfaat IC sangat jelas sehingga direkomendasikan agar semua siswa di lembaga pendidikan tinggi merupakan mereka yang tidak terlibat dalam program pertukaran program pelajar di luar negeri dinilai berdasarkan IC mereka. IC mengakui peran pentingnya dalam memfasilitasi penyesuaian dan interaksi bagi siswa internasional.

IC sendiri memiliki banyak arti berdasarkan peneliti-peneliti lainnya. Karena setiap orang berhak mengutarakan pendapatnya. Salah satu saya ambil dari peneliti Deardorff mengatakan bahwa IC “kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan tepat dalam situasi antar budaya berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap antar budaya. Pengembangan IC sendiri sangat penting karena bisa merubah sikap yang tidak fleksibel, menyiapkan siswa untuk hidup di era global dan menjadikan mereka lebih kuat dalam kehidupan profesionalnya.

Pada akhirnya antar budaya bisa memiliki banyak perbedaan. Meskipun di dalam Indonesia, tetapi intinya memiliki perbedaan. Selain itu bisa dilihat dari akademisnya yaitu dengan efektif dan literatur bahwa hanya ada sedikit penelitian kuantitatif yang sedang dilakukan mengenai hubungan antara hasil-hasil dan IC pada saat masih ada waktu yang digunakan secara sederhana. Di seluruh teori IC terdapat komponen-komponen yang ada dan sejumlah besar dari perspektif budaya, disiplin ilmu, bahasa, dan dapat menjadikan kerangka kerja untuk mengkontektualisasikan pemahamannya tentang IC dan menerapkannya pada kebutuhan disipliner. Sebagai makhluk sosial tentunya kita membutuhkan interaksi dari yang berbeda budayanya karena dapat menimbulkan adanya tantangan psikologis bagi siswa serta dapat menimbulkan adanya menahan emosional dalam diri kita  untuk mengatasi frustasi dari yang berbeda budayanya.

Perkembangannya di dalam IC membutuhkan bersifat seumur hidup serta membutuhkan proses untuk mengerjakannya. Namun di dalam kursus tersebut tidak menjamin menjadikan kompeten antar budayanya. Sedangkan untuk menghasilkan warga yang global, perguruan tinggi memerlukan perubahan holistik dengan mengadopsi langkah-langkah yang memerlukan waktu panjang dan memasukkan pengembangan IC di dalam konten disiplin ilmu mereka.

Komentar

Postingan Populer